Sesuai dengan budaya Nusantara yang sedianya adalah beraneka ragam serta
diakui dunia internasional sebagai wilayah bertemunya berbagai kebudayaan,
maka tradisi perayaan Cap Go Meh yang bermakna syukuran, telah mengalami perubahan menjadi pesta rakyat dalam arti yang sesungguhnya, dimana berbagai kebudayaan, baik asli maupun adaptasi kebudayaan asing, telah bercampur baur serta dinikmati berbagai lapisan masyarakat Indonesia.

Sebagaimana sejarah telah menulis, Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya masyarakat etnis Tionghoa kiranya patut
berbangga dengan keberanian seorang tokoh muslim, Presiden Abdurahman Wahid
(Gus Dur), yang mencanangkan Tahun Baru Imlek sebagai Hari Raya Fakultatif pada tahun 2000 yang kemudian disahkan menjadi Hari Raya Nasional pada saat pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.

Makna dari pencanangan Tahun Baru Imlek sebagai Hari Raya Nasional ditujukan kepada seluruh rakyat Indonesia agar bersatu, saling menghargain dan menghormati dalam keberagaman budaya serta etnis demi kemajuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Khusus untuk perayaan Cap Go Meh di Bogor menurut data literatur menjelaskan di tahun 1850an Tjapgomeh menjadi satu-satunya perayaan paling meriah dan merakyat di Buitenzorg (nama kota Bogor dahulu kala), dengan demikian paling tidak telah tercatat dalam
sejarah modern kota Bogor sejak lebih 166 tahun yang lalu.

Pada era postmodern ini, perayaan Cap Go Meh di kota Bogor kembali diprakarsai untuk dihidupkan kembali semenjak tahun 2002 dan dikenal sebagai CGM Bogor (Cap Go Meh Bogor).  Akseptasi, apresiasi dan partisipasi beragam komunitas telah membawa CGM Bogor menjadi sebuah pesta rakyat Bogor yang dikemas dalam bentuk street festival parade seni budaya.

Puluhan ribu orang dari berbagai kalangan secara literal tumpah ruah di sepanjang Jalan Suryakencana setiap tahunnya menyaksikan parade seni budaya di CGM Bogor.  Bukanlah sesuatu yang mengada-ada jika perhelatan tahunan kota Bogor ini mengambil tagline “CGM, Cap Go Meh – Pesta Rakyat Bogor (Bogor Street Festival) Ajang Budaya, Pemersatu Bangsa.”  Karena pada hari tersebut, indahnya perbedaan dalam keberagaman termanifestasikan secara kasat mata dengan jelas.

Cap Go Meh di kota Bogor ini biasanya dimeriahkan oleh berbagai kesenian dan prosesi kebudayaan, diantaranya:

  • Marching Band.
  • Barisan pembawa bendera Merah Putih oleh Purna Paskibra Indonesia Kodya Bogor.
  • Prosesi kebudayaan lokal sisingaan, seren taun, REog Sunda, Wayang Hihid, Boboko Logor, tanjidor, gambang kromong maupun budaya hasil adaptasi (rebana, rampak tambur, Tjeng-Geh).
  • Prosesi partisipasi komunitas seni budaya dan sosial lainnya di kota Bogor.
  • Prosesi tandu Eyang Raden Suryakantjana
  • Prosesi tandu Dewa Hok Tek Tjeng Sin
  • Prosesi tandu Dewi Kwan Im,
  • Prosesi tandu Dewa Kwan Kong
  • Prosesi tandu Dewa dan Dewi dari Jakarta, Tangerang, Sukabumi, Tegal, Semarang, dan beberapa kota lainnya, yang menjadi tamu bagi tuan rumah Ho Tek Bioh (Vihara Dhanagun)
  • Prosesi Barisan pengawal berupa Teng Pai, payung dan lampion, Kie Lin, barongsai dan naga (liong) yang didukung oleh Paguyuban Persaudaraan Liong dan Barong Bogor (PLBB) serta partisipasi persaudaraan Liong Barong dari Jakarta, Tangerang, Sukabumi, Cianjur dan beberapa kota lain.
  • Dan ditutup oleh iring-iringan Mobil Hias.

Semua ini menunjukkan kuatnya akar persahabatan di kalangan masyarakat Bogor yang majemuk namun dapat menerima dan menghargai berbagai perbedaan yang ada.

Dalam perayaan yang mungkin masih bernuansa Tionghoa ini maka kita dapat dengan jelas melihat bahwa para pelaku, penggembira dan penonton tidak terbatas pada etnis Tionghoa saja, melainkan seluruh masyarakat Bogor yang menjadi satu untuk mengucap syukur atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *