BOGOR – Jika kita masih merasa sedih melihat orang yg berkekurangan, itu artinya Tuhan masih sayang dengan kita. Jika kita masih tergerak untuk membantu orang yg kesusahan, itu tandanya Tuhan masih peduli dengan kita. Tapi kalau kita tidak pernah merasakan itu semua, berhati-hatilah….

Pagi ini saya beruntung ikut serta menyaksikan salah satu rangkaian kegiatan Cap Go Meh, Ajang Budaya Pemersatu Bangsa… Bogor 2020

Tempat yang dituju adalah sebuah panti, di Tajur Halang, Bogor.

Jam 09.00 semua sudah berkumpul di tempat yang di tuju. Kegiatan yang dilakukan bermacam-macam. Ada sekelompok anak usia sekolah dari salah satu SMK sibuk membersihkan dinding panti, melap meja dan kursi.

Pada ruangan lain sekelompok house keeper dari beberapa hotel terkenal di Bogor membersihkan kamar kecil, kamar mandi, rak buku. Dinding, jendela dan pintu panti asuhan

Semua bergerak dalam diam. Bekerja dengan teliti. Tidak ada yg bicara. Saya juga terdiam. Terdiam karena hati saya bergejolak. Ada rasa sedih, rasa bangga sekaligus rasa menyesal.

Perasaan terdalam saya terusik ketika melihat para penghuni panti jompo itu. Wajah lugu dan polos mereka. Tatapan mata bening yang dalam menusuk jantung saya. “Hei….apa kabar, selamat datang di tempat kami…”

Suara situ saya rasakan mencuil nurani saya.

Siapakah mereka itu? Darimanakah mereka?
Siapa yang peduli merawat mereka di sini?
Mengapa mereka peduli dengan para jompo itu?
Mengapa saya tidak (belum) peduli dengan mereka?

Pertanyaan itu terus mengetuk dan menggedor jantung saya…

Saya sedih karena selama ini ternyata saya belum melakukan apa-apa bagi sesama.

Saya seketika teringat kedua orang tua yang sudah tiada. Belum ada yang saya lakukan buat mereka. Membalas jasa mereka.

Saya melihat wajah ke dua orang tua saya di mata para jompo di sana. Seolah-olah menyapa saya. Apa kabar ananda, semoga dalam keadaan sehat….

Segera saya palingkan wajah saya. Tidak sanggup rasanya saya menatap mata polos dengan pelupuk keriput itu. Sambil berkata dalam hati: Maafkan saya Ibu, belum bisa berbuat banyak terhadap-mu. Semoga engkau tenang di sana, di alam kubur

Tidak jauh dari sana ada sederet bayi yang digendong oleh para pengasuh. Mereka tersenyum ceria.

Seolah-olah anak mereka sendiri. Bayi itu berasal dari berbagai daerah. Ditampung dan dititipkan di sini… Dirawat dan diurus. Hanya orang yang tulus dan berhati mulialah yang mampu melakukan itu semua. Jika sampai waktunya. Bayi itu akan diambil oleh yg punya. Karena bisa jadi sang ibu masih dalam pendidikan. Atau belum mampu menerima bayinya sendiri. Atau bisa jadi mereka tetap di sana selamanya…

Sekali lagi, terima kasih Tuhan, Engkau mengizinkan saya untuk dirawat oleh orang tua saya. Saya tidak bisa membayangkan jika saya seperti mereka.

Mata saya tajam dan lekat memandang salah satu dari bayi itu. Matanya juga tak berkedip balas memandang . Mata bening tanpa dosa itu tajam sekali memandang saya.
“Hai om….kenapa matanya basah..?

Saya palingkan wajah saya dari bayi itu. Karena saya tidak ingin dia melihat saya menangis… Sementara butiran hangat luruh dari pelupuk mata saya…

Tapi dia tetap bergerak, seolah tangannya memanggil .
Saya hanya sanggup mencuil pipinya…

Sekali lagi, terima kasih Ibu sudah membesarkan saya dengan sepenuh hati dan jiwa. Terngiang ditelinga saya Ibu meninabobokan saya dengan lagu khasnya. Sibiran Tulang (Anak Tersayang). Butiran hangat air mata saya semakin luruh…

Sambil menyeka air mata dan merintang hati yang sedih, saya menyapa seorang remaja laki-laki. Menanyakan nama dan asalnya. Dia menyebutkan nama dan tidak tau dari mana asalnya. Saya segera memalingkan wajah dan menatap mendung dengan lekat…

Betapa beruntungnya saya hari ini menyaksikan semua itu. Seberuntung kelompok Oma Ceria dari Vihara Dhanagun. Mereka juga bagian dalam rombongan ini.

Sebagian Oma ini memotong rambut para penghuni panti jompo. Sebahagian lagi latihan paduan suara.

Oma-Oma ini akan menghibur mereka dengan suara indahnya. Indah terdengar karena apa yg mereka lakukan lebih indah dari nyanyian mereka hari ini….

Terima kasih Oma-oma Ceria. Anda adalah orang yang sangat beruntung karena masih memiliki rasa peduli terhadap sesama. Itu artinya Tuhan sangat dekat dan sayang dengan para Oma Ceria itu.

Terima kasih Tuhan sudah membawa langkah saya hari ini, ke tempat ini.

Panitia CGM, sudah bergerak. Kapan saya akan bergerak seperti mereka? Kapan kita akan bergerak seperti seperti halnya yang dilakukan oleh panitia CGM hari ini? Apakah menunggu sampai Tuhan mencabut rasa sayang dan peduli di hati kita?

Bogor, 15 Januari 2020
Ichay Taher

admincgmfest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *