BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR http://www.capgomehbogor.com Ajang Budaya Pemersatu Bangsa Sat, 15 Feb 2020 19:04:06 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.3.2 http://www.capgomehbogor.com/wp-content/uploads/2018/02/cropped-logo-barongsai-32x32.png BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR http://www.capgomehbogor.com 32 32 142440758 Cap Go Meh Cita Rasa Nusantara http://www.capgomehbogor.com/cap-go-meh-cita-rasa-nusantara/ http://www.capgomehbogor.com/cap-go-meh-cita-rasa-nusantara/#respond Sun, 09 Feb 2020 18:16:58 +0000 http://www.capgomehbogor.com/?p=1501 Perayaan Cap Go Meh di Kota Bogor berlangsung meriah. Nuansa Cap Go Meh tak melulu pentas atraksi etnis Tionghoa, tapi sudah berbaur dengan atraksi kesenian nusantara. Sabtu siang 8 Februari 2020, Jl Suryakencana, Bogor, dipadati pengunjung. Bahkan kemacetan sudah dirasakan dari pintu keluar tol Jagorawi. Karena sepanjang Jl Otto Iskandardinata, hanya diberlakukan 2 jalur, dari…

The post Cap Go Meh Cita Rasa Nusantara appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>

Perayaan Cap Go Meh di Kota Bogor berlangsung meriah. Nuansa Cap Go Meh tak melulu pentas atraksi etnis Tionghoa, tapi sudah berbaur dengan atraksi kesenian nusantara.

Sabtu siang 8 Februari 2020, Jl Suryakencana, Bogor, dipadati pengunjung. Bahkan kemacetan sudah dirasakan dari pintu keluar tol Jagorawi. Karena sepanjang Jl Otto Iskandardinata, hanya diberlakukan 2 jalur, dari 3 jalur yang seharusnya. Itupun perjalanan lambat karena banyak orang menyeberang jalan.

Ya, hari Sabtu itu Jl Suryakencana yang berada di sebelah kiri jalan protokol, Jl Otto Iskandardinata itu menjadi pusat acara Bogor Street Festival Cap Go Meh (CGM) 2020. Para pengunjung, sudah memadati daerah itu sejak pukul 12.30 WIB. Sebagian dari mereka rela berdiri mematung di pinggir pagar, dan ada pula yang berdesak-desakan mencari tempat nyaman di sepanjang jalan dari Lawang Suryakencana hingga ujung Jl Siliwangi, Kota Bogor itu. Acara ini dipusatkan di Vihara Hok tek Bio atau Vihara Dhanagun.

Geliat acara baru terlihat sekitar pukul 15.30 WIB, saat para pejabat pada berdatangan menduduki podium kehormatan. Iring-iringan ondel-ondel, pawai pakaian adat 34 provinsi, marching band, grup kesenian dari Purwakarta, dan sejumlah grup kesenian lain mulai memasuki Jl Suryakencana. Ada sekitar 40 sanggar yang terlibat dalam rangkaian acara dari seluruh nusantara, selain Jawa Barat adalah Jawa Timur, Makassar, Aceh, NTT, hingga Papua.

Sekitar pukul 16.00 WIB acara baru dimulai. Enam pemuka agama di Indonesia membuka acara Bogor Street Festival Cap Go Meh 2020 dengan pembacaan doa. Pembukaan acara ini juga dihadiri pejabat pemerintahan, di antaranya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.

Ketua Panitia Bogor Street Festival CGM 2020 Arifin Himawan mengatakan, acara itu telah berlangsung selama 19 tahun, dan menjadi pembeda dengan kota lainnya, yaitu mengusung persatuan dan kebudayaan. Yang membedakan perayaan Cap Go Meh di Bogor adalah keterlibatan grup kesenian nusantara lainnya.

“Tema besar kita setiap tahunnya adalah Ajang Budaya Pemersatu Bangsa, selama 19 tahun Kota Bogor menunjukkan acara kita berbeda, yaitu lebih mengusung persatuan dan kesatuan dalam budaya,” kata Arifin dalam sambutannya.

Sementara itu, jumlah orang yang ikut berpartisipasi dalam acara ini yaitu 7.450 orang. Arifin juga menekankan agar acara ini bermanfaat bagi pembangunan budaya timur yang harus semakin diperkuat. “Semoga dengan tema Looking Eastward kita lebih memandang timur. Budaya timur harus kita bangun dan perkuat. Kita kiblat ke timur dan kita harus wariskan budaya ini ke generasi mendatang,” harapnya.

Sementara itu, Menteri Wishnutama juga menyambut baik acara tersebut. Menurutnya, acara itu membuktikan Kota Bogor bisa melihat perbedaan sebagai contoh yang baik. “Kota Bogor betul-betul menunjukkan dan sangat terlihat menghargai perbedaan. Hal ini terbukti dari rangkaian acara ini yang sudah berjalan 19 tahun,” katanya.

Selain itu, lewat acara itu dia juga mengajak masyarakat untuk melihat perbedaan sebagai suatu yang indah. Ia juga mengatakan agar siapapun pengunjung yang melihat acara ini bisa lebih belajar menghargai perbedaan.

Acara berlangsung hingga pukul 23.00 WIB di Jl Suryakencana. Pengunjung dapat menyaksikan beragam pawai menarik sepanjang jalan itu hingga Jl Siliwangi. Sepanjang sisi kiri dan kanan jalan juga terdapat pedagang pernak-pernik imlek.

Acara semakin ramai ketika barongsai dan liong mulai beraksi. Kelompok barongsai yang tampil berasal dari Bogor, dan beberapa kota sekitarnya, seperti Cianjur dan Sukabumi. Pengunjung rata-rata menunggu kehadiran barongsai dan liong yang menjadi ciri khas perayaan, baik saat Imlek maupun Cap Go Meh. Pengunjung memasukkan angpau ke dalam mulut Liong. Setelah acara pertunjukan barongsai, ada beberapa warga yang duduk-duduk santai sembari menonton aksi permainan gitar solo dari Adolfo Timuat Toyoda.

Cap Go Meh merupakan hari penting bagi sebagian besar masyarakat Hokkien. Di Indonesia, perayaan Cap Go Meh paling semarak dirayakan di Bogor, Singkawang, Palembang, dan Pontianak. Di daerah itu, masyarakatnya kebanyakan adalah keturunan Tionghoa. Di Tionghoa, festival ini sebenarnya disebut Festival Lentera.

Kata “chap goh” dalam Hokkien berarti lima belas dan “meh” berarti malam. Namanya mengacu pada fakta bahwa Cap Go Meh dirayakan pada tanggal 15 dan hari terakhir Tahun Baru China. Ada mitos lama yang diceritakan tentang hari Cap Go Meh, yang berlatar di sekitar Kaisar Giok, tokoh sentral agama masyarakat Tiongkok.

Ada salah satu cerita yang melegenda, ketika hewan peliharaan kaisar dibunuh oleh penduduk desa. Peristiwa itu menjadikan kaisar marah dan merencanakan untuk menghancurkan desa pada tanggal 15, tahun lunar. Nah, untuk menyelamatkan diri, penduduk desa disarankan menggantung lentera merah dan menyalakan petasan agar terlihat seperti desa telah dibakar. Dan benar, Kaisar Langit tertipu, sehingga membiarkan desa itu tak tersentuh. Sejak saat itulah, orang-orang merayakan hari ke-15 Tahun Baru China dengan parade lentera dan petasan.

Bentuk dari perayaan Cap Go Meh sendiri berupa sebuah parade atau pawai. Oleh karena itu, seringkali pula perayaan ini disebut sebagai festival atau karnaval. Festival ini merupakan penutup dari berbagai kegiatan perayaan Tahun Baru Imlek. Setelah perayaan ini, seluruh kegiatan terkait pergantian kalendar etnis Tionghoa dianggap selesai.

Ciri khas dari festival ini adalah adanya tarian naga (liong) dan singa (sai), toapekong, dan juga tentu saja lampion. Meskipun demikian, di beberapa negara, di mana terdapat masyarakat Tionghoa, ada ciri khas tersendiri yang menyesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.

Perhelatan Cap Go Meh sendiri memiliki beberapa nama. Di Indonesia dikenal Cap Go Meh, tetapi di negara asalnya dikenal sebagai Festival Yuanxiao. Di beberapa negara lain, termasuk di negara barat disebut sebagai Festival Lampion.

Kapan Cap Go Meh dirayakan di Bogor? Sebuah foto yang disimpan di Universitas Leiden, Belanda, menunjukkan pada 1910, terjadi perayaan hari ke-15 kalendar Imlek yang digelar di Kota Bogor. Tapi mungkin itu bukan yang pertama kali.

Keberadaan masyarakat Tionghoa di kota ini sudah ada sejak 2 abad sebelumnya. Berbagai monumen membuktikan tentang hal tersebut. Beberapa vihara atau klenteng di Bogor sudah berusia tua. Vihara Hok Tek Bio atau Mahacetya Dhanagun di Jl Suryakencana, sudah berusia 300 tahun. Klenteng Hok Tek Bio Ciampea sudah 250 tahun, Klenteng Bio Dewa Rejeki Sentul bahkan berumur 400 tahun.

Imlek sempat dilarang. Bahkan sejak rezim Orde Baru, larangan menggelar acara di ruang publik diberlakukan bagi seluruh kegiatan keagamaan dan kebudayaan etnis Tionghoa. Pada 1999, Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid menghapus aturan itu, yang tertuang dalam bentuk Inpres. Sejak saat itulah perayaan hari besar Tionghoa itu bisa berlangsung hingga sekarang.

sumber : indonesia.go.id

The post Cap Go Meh Cita Rasa Nusantara appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>
http://www.capgomehbogor.com/cap-go-meh-cita-rasa-nusantara/feed/ 0 1501
Energi di Vihara Dhanagun http://www.capgomehbogor.com/energi-di-vihara-dhanagun/ http://www.capgomehbogor.com/energi-di-vihara-dhanagun/#respond Fri, 07 Feb 2020 14:56:00 +0000 http://www.capgomehbogor.com/?p=1464 “Walah bagus om, sesama umat beragama saling menghormati” Kalimat di atas saya dapatkan dari murid SMK Negeri 2 Cibinong. Ketika saya memperlihatkan salah satu kertas kuning bertuliskan huruf kanji yang ditulis dengan tinta darah. Darahnya masih segar. Belum kering. “Amar, Om barusan dapat selarik kertas bertuliskan huruf kanji dengan tinta darah. Bagaimana menurut Amar?” Itulah…

The post Energi di Vihara Dhanagun appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>

“Walah bagus om, sesama umat beragama saling menghormati”

Kalimat di atas saya dapatkan dari murid SMK Negeri 2 Cibinong. Ketika saya memperlihatkan salah satu kertas kuning bertuliskan huruf kanji yang ditulis dengan tinta darah. Darahnya masih segar. Belum kering.

“Amar, Om barusan dapat selarik kertas bertuliskan huruf kanji dengan tinta darah. Bagaimana menurut Amar?”

Itulah jawaban, Amar. Kalimat pembuka di atas. Muhammad Amar lengkapnya. Siswa kelas tiga SMK Negeri 2 Cibinong. Yang mahir memainkan saxophone. Memilih karawitan sebagai kegiatan ekskul nya. Malam ini dia mengantarkan sahabatnya untuk latihan terakhir. Sebagai salah satu pemain karawitan untuk pembukaan Bogor Street Festival, Cap Go Meh 2020.

Jawaban itu sangat membanggakan saya. Ternyata masih ada sekelompok anak muda semacam Amar ini.

Ya, malam ini adalah malam terakhir dari rangkaian perayaan Imlek. Malam ke lima belas menurut perhitungan saudara kita yang menjalankan tradisi leluhurnya dari Tiongkok sana. Di mana malam ini adalah malam penghujung para dewa untuk kembali ke “atas”. Setelah lima belas hari di bumi, maka para dewa ini akan kembali ke tempatnya. Tentunya berbagai macam doa dirapalkan. Berbagai macam permintaan, permohonan, dan perlindungan didaraskan. Untuk dibawa oleh para dewa ke langit. Salah satu caranya adalah melalui ritual pemotongan lidah. Untuk diambil dan ditampung darahnya. Digunakan untuk menulis huruf kanji.

Sebelumnya, dari pagi hingga magrib. Ribuan orang datang berkunjung ke Vihara Dhanagun. Ada yang sembahyang. Ada juga yang sekedar berkunjung dan berfoto. Semua dilayani dengan baik.

Semua makan lontong cap go meh. Tidak kurang dari sepuluh ribuan porsi tandas hari ini. Hingga acara “pengirisan lidah di mulai” selepas Maghrib.

Diawali dengan doa dan musik ritmis, yang makin lama semakin menghentak dan dinamis. Tiba-tiba salah seorang dari mereka mengambil pedang. Mengiriskan ke lidahnya. Hingga darah bercucuran.

Darah ini ditampung ke dalam mangkok putih. Lantas darah ini dipakai sebagai tinta untuk menuliskan huruf kanji. Pada tengkuk orang-orang yang sudah antri dan mendaftarkan diri sebelumnya. Juga pada berlembar-lembar kertas kuning. Jika darah ini habis, maka dilakukan pengirisan lidah kembali.

Demikian dilakukan berulang-ulang. Hingga antrian habis dan lembaran kertas kuning itu tak bersisa.

Ratusan orang hadir. Baik yamg terlibat secara langsung. Maupun hanya sekadar menonton dan mengabadikan jalannya upacara.

Pada orang yang tengkuknya ditulis huruf kanji tentu berharap keselamatan dan keberkahan di tahun ini. Juga kepada mereka yang mendapatkan kertas kuning tersebut.

Konon kabarnya orang yang diiris lidahnya. Diambil darahnya. Kemudian menuliskan huruf kanji langsung, bukan berdasarkan kemauannya sendiri untuk menulis sesuatu. Tetapi ada semacam “bisikan” yang menuntunnya.

Sebelumnya pada hari ke delapan ada juga sebahagian saudara kita ini yang mengunjungi delapan vihara. Dengan tujuan berdoa. Dan mendapatkan berkah dari kedelapan tempat yang dikunjunginya tersebut.

Saya jadi teringat ketika melihat beratus-ratus mbok kampung dari pelosok Jawa Tengah dua tahun lalu. Naik truk berhimpitan dengan pakaian seadanya. Alas kaki seadanya. Bekalpun seadanya pula. Tujuannya hanya satu. Ngalap berkah ke makam wali songo. Menjelang Muharam tiba. Bahkan masuk ke makam-pun mereka harus antri dengan cukup lama. Tapi mereka antri dengan sabar. Bahkan ada yang sambil melafalkan zikir.

Tujuh makam mereka sambangi ditengah berkekurangan mereka itu. Tapi saya lihat mereka semua bahagia ketika selesai berdoa di satu makam wali. Bahkan, hingga adzan subuh berkumandang sayup-sayup. Setelah subuh berjamaah dan fajar menyingsing mereka pergi naik truk. Menuju ke makam wali berikutnya. Entah kekuatan (energi) apa yang mendorong mereka melakukan itu semua.

Menurut almarhum Gus Dur. Hanya orang-orang yang memiliki kecintaan yang tinggi kepada agamanya yang sanggup melakukan itu semua.

Eh, jangan-jangan diantara mereka ada yang berupa “wali” juga. Bisa saja si sopir truk. Atau kenek truk yang membantu mbok-mbok itu naik ke atas truk. Jadi teringat cerita Walipaidi.

Malam ini, sayup-sayup, di Vihara Dhanagun. Saya kembali mendengar doa dan zikir yang dirapalkan oleh ratusan mbok mbok itu. Bercampur dengan suara ritmis musik yang mengiringi pengirisan lidah di Vihara Dhanagun. Tidak sanggup saya melukiskan dengan kata-kata. Begitu cintanya mereka kepada agama dan tradisi yang mereka anut dan percayai.

Terima kasih Amar yang membuat saya tetap semangat. Terima kasih teman Amar yang sudah jauh-jauh dari Cibinong dan di tengah hujan tetap hadir untuk latihan.

Terima kasih kepada semua pemain karawitan dan seluruh pengisi acara yang malam ini sudah pasti melakukan latihan terakhir. Mempersiapkan kostum, make up, dan properti lainnya. Untuk bersama-sama esok hari menutup rangkaian imlek.

Terima kasih kepada pengisi acara yang masih dalam perjalanan menuju Bogor. Kalian semua adalah bagian dari Indonesia yang indah. Bagian dari keberagaman dan kekayaan yang kita miliki. Yang harus kita jaga bersama.

Terima kasih juga Om Dede yang sudah berkenan memberi saya kertas kuning bertuliskan huruf kanji dari darah Om Dede. Semoga persahabatan kita tetap langgeng. Saya akan simpan kertas ini sebagai tali persahabatan kita.

Konon kabarnya, bagi orang “pintar” seluruh Vihara Dhanagun malam ini dipenuhi dengan energi positif.
Bagi para fotografer yang jeli akan dapat melihat energi ini melalui lensa kameranya. Tapi jika menggunakan kamera pocket. Bukan kamera lainnya. Energi itu berupa bulatan-bulatan putih yang bertebaran di angkasa. Melingkupi Vihara Dhanagun. Silahkan lihat hasil kamera pocketnya sekarang.

Bagi yang belum sempat melihat malam ini. Masih ada esok malam. Ketika iring2an “joli” melintas disepanjang jalan Suryakencana. Jangan lupa gunakan kamera pocket.

Semoga energi ini semakin menguatkan persaudaraan kita. Jangan biarkan dia menari-nari diangkasa lalu membubung dan hilang ditekana gelap malam. Tapi tangkap dan ambil. Simpan sebagai sebuah spirit. Untuk menjaga kebersamaan dan keberagaman kita yang sangat indah ini.

Ichay Taher
Vihara Dhanagun

The post Energi di Vihara Dhanagun appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>
http://www.capgomehbogor.com/energi-di-vihara-dhanagun/feed/ 0 1464
Mereka Sudah Bergerak, Kita Kapan? http://www.capgomehbogor.com/mereka-sudah-bergerak-kita-kapan/ http://www.capgomehbogor.com/mereka-sudah-bergerak-kita-kapan/#respond Fri, 31 Jan 2020 19:00:45 +0000 http://www.capgomehbogor.com/?p=1336 BOGOR – Jika kita masih merasa sedih melihat orang yg berkekurangan, itu artinya Tuhan masih sayang dengan kita. Jika kita masih tergerak untuk membantu orang yg kesusahan, itu tandanya Tuhan masih peduli dengan kita. Tapi kalau kita tidak pernah merasakan itu semua, berhati-hatilah…. Pagi ini saya beruntung ikut serta menyaksikan salah satu rangkaian kegiatan Cap…

The post Mereka Sudah Bergerak, Kita Kapan? appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>

BOGOR – Jika kita masih merasa sedih melihat orang yg berkekurangan, itu artinya Tuhan masih sayang dengan kita. Jika kita masih tergerak untuk membantu orang yg kesusahan, itu tandanya Tuhan masih peduli dengan kita. Tapi kalau kita tidak pernah merasakan itu semua, berhati-hatilah….

Pagi ini saya beruntung ikut serta menyaksikan salah satu rangkaian kegiatan Cap Go Meh, Ajang Budaya Pemersatu Bangsa… Bogor 2020

Tempat yang dituju adalah sebuah panti, di Tajur Halang, Bogor.

Jam 09.00 semua sudah berkumpul di tempat yang di tuju. Kegiatan yang dilakukan bermacam-macam. Ada sekelompok anak usia sekolah dari salah satu SMK sibuk membersihkan dinding panti, melap meja dan kursi.

Pada ruangan lain sekelompok house keeper dari beberapa hotel terkenal di Bogor membersihkan kamar kecil, kamar mandi, rak buku. Dinding, jendela dan pintu panti asuhan

Semua bergerak dalam diam. Bekerja dengan teliti. Tidak ada yg bicara. Saya juga terdiam. Terdiam karena hati saya bergejolak. Ada rasa sedih, rasa bangga sekaligus rasa menyesal.

Perasaan terdalam saya terusik ketika melihat para penghuni panti jompo itu. Wajah lugu dan polos mereka. Tatapan mata bening yang dalam menusuk jantung saya. “Hei….apa kabar, selamat datang di tempat kami…”

Suara situ saya rasakan mencuil nurani saya.

Siapakah mereka itu? Darimanakah mereka?
Siapa yang peduli merawat mereka di sini?
Mengapa mereka peduli dengan para jompo itu?
Mengapa saya tidak (belum) peduli dengan mereka?

Pertanyaan itu terus mengetuk dan menggedor jantung saya…

Saya sedih karena selama ini ternyata saya belum melakukan apa-apa bagi sesama.

Saya seketika teringat kedua orang tua yang sudah tiada. Belum ada yang saya lakukan buat mereka. Membalas jasa mereka.

Saya melihat wajah ke dua orang tua saya di mata para jompo di sana. Seolah-olah menyapa saya. Apa kabar ananda, semoga dalam keadaan sehat….

Segera saya palingkan wajah saya. Tidak sanggup rasanya saya menatap mata polos dengan pelupuk keriput itu. Sambil berkata dalam hati: Maafkan saya Ibu, belum bisa berbuat banyak terhadap-mu. Semoga engkau tenang di sana, di alam kubur

Tidak jauh dari sana ada sederet bayi yang digendong oleh para pengasuh. Mereka tersenyum ceria.

Seolah-olah anak mereka sendiri. Bayi itu berasal dari berbagai daerah. Ditampung dan dititipkan di sini… Dirawat dan diurus. Hanya orang yang tulus dan berhati mulialah yang mampu melakukan itu semua. Jika sampai waktunya. Bayi itu akan diambil oleh yg punya. Karena bisa jadi sang ibu masih dalam pendidikan. Atau belum mampu menerima bayinya sendiri. Atau bisa jadi mereka tetap di sana selamanya…

Sekali lagi, terima kasih Tuhan, Engkau mengizinkan saya untuk dirawat oleh orang tua saya. Saya tidak bisa membayangkan jika saya seperti mereka.

Mata saya tajam dan lekat memandang salah satu dari bayi itu. Matanya juga tak berkedip balas memandang . Mata bening tanpa dosa itu tajam sekali memandang saya.
“Hai om….kenapa matanya basah..?

Saya palingkan wajah saya dari bayi itu. Karena saya tidak ingin dia melihat saya menangis… Sementara butiran hangat luruh dari pelupuk mata saya…

Tapi dia tetap bergerak, seolah tangannya memanggil .
Saya hanya sanggup mencuil pipinya…

Sekali lagi, terima kasih Ibu sudah membesarkan saya dengan sepenuh hati dan jiwa. Terngiang ditelinga saya Ibu meninabobokan saya dengan lagu khasnya. Sibiran Tulang (Anak Tersayang). Butiran hangat air mata saya semakin luruh…

Sambil menyeka air mata dan merintang hati yang sedih, saya menyapa seorang remaja laki-laki. Menanyakan nama dan asalnya. Dia menyebutkan nama dan tidak tau dari mana asalnya. Saya segera memalingkan wajah dan menatap mendung dengan lekat…

Betapa beruntungnya saya hari ini menyaksikan semua itu. Seberuntung kelompok Oma Ceria dari Vihara Dhanagun. Mereka juga bagian dalam rombongan ini.

Sebagian Oma ini memotong rambut para penghuni panti jompo. Sebahagian lagi latihan paduan suara.

Oma-Oma ini akan menghibur mereka dengan suara indahnya. Indah terdengar karena apa yg mereka lakukan lebih indah dari nyanyian mereka hari ini….

Terima kasih Oma-oma Ceria. Anda adalah orang yang sangat beruntung karena masih memiliki rasa peduli terhadap sesama. Itu artinya Tuhan sangat dekat dan sayang dengan para Oma Ceria itu.

Terima kasih Tuhan sudah membawa langkah saya hari ini, ke tempat ini.

Panitia CGM, sudah bergerak. Kapan saya akan bergerak seperti mereka? Kapan kita akan bergerak seperti seperti halnya yang dilakukan oleh panitia CGM hari ini? Apakah menunggu sampai Tuhan mencabut rasa sayang dan peduli di hati kita?

Bogor, 15 Januari 2020
Ichay Taher

The post Mereka Sudah Bergerak, Kita Kapan? appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>
http://www.capgomehbogor.com/mereka-sudah-bergerak-kita-kapan/feed/ 0 1336
CAP GO MEH Bogor 2020, Sebuah Investasi Kebudayaan http://www.capgomehbogor.com/cap-go-meh-bogor-2020-sebuah-investasi-kebudayaan/ http://www.capgomehbogor.com/cap-go-meh-bogor-2020-sebuah-investasi-kebudayaan/#respond Fri, 31 Jan 2020 18:55:15 +0000 http://www.capgomehbogor.com/?p=1338 “Kami akan terus memperkenalkan keberagaman ini sebagai sebuah kekayaan dan keindahan” Selarik kalimat di atas saya kutip dari Ian, koordinator komunitas Bogor Historical Walk yang mengadakan Jejak Naga di Suryakancana. Jalan-jalan Mengupas Cerita Pecinan di Bogor yang diselenggarakan hari ini, Sabtu pagi, 18 Januari 2020. Kata orang bijak, tidak ada yang kebetulan di dunia ini.…

The post CAP GO MEH Bogor 2020, Sebuah Investasi Kebudayaan appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>
“Kami akan terus memperkenalkan keberagaman ini sebagai sebuah kekayaan dan keindahan”

Selarik kalimat di atas saya kutip dari Ian, koordinator komunitas Bogor Historical Walk yang mengadakan Jejak Naga di Suryakancana. Jalan-jalan Mengupas Cerita Pecinan di Bogor yang diselenggarakan hari ini, Sabtu pagi, 18 Januari 2020.

Kata orang bijak, tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua sudah diatur oleh yang Maha Kuasa.

Begitu juga dengan pengalaman saya hari ini. Sembari menunggu tour Jejak Naga dimulai, secara tidak sengaja, saya bertemu dengan sahabat lama saya sewaktu bekerja di stasiun televisi JAKTV, Yudi Ramdhan. Sekarang dia bekerja di Commuter Line Indonesia (KAI) sebagai Humas. Pagi ini rupanya dia sedang mengkoordinasikan rekan-rekannya sesama dari KAI untuk membersihkan Vihara Dhanagun. Jika Natal menjelang mereka akan melakukan hal yang sama terhadap gereja. Begitu ceritanya ke saya.

Saya kaget melihat sahabat saya itu dan anak buahnya berjibaku membersihkan bagian dalam vihara. Mereka rata-rata remaja. Ada yg menyapu lantai, melap tiang yang dililit patung naga.

Salah satunya, perempuan muda berkerudung, sangat tekun membersihakn mulut naga. Sementara temannya yang lain, juga berkerudung, sedang melap guci tembaga kuningan. Tempat biasanya para pendaras doa menancapkan batang hio. Pagi ini guci itu kosong. Karena bersamaan dengan kegiatan ayak abu . Kegiatan membersihkan guci yang dilakukan tiap imlek menjelang. Abu yang sudah memenuhi guci itu akan dibersihkan melalui pengayakan. Salah satu ritual yang menarik. Konon kabarnya, mereka yang terlibat dalam kegiatan mengayak abu ini, harus puasa layaknya vegetarian. Kalau bukan vegetarian, paling tidak beberapa hari menjelang ayak abu harus melakukan ritual vegetarian.

Peserta Jejak Naga di Suryakancana pagi ini sangat beragam. Mulai dari bayi berumur beberapa bulan, anak anak setingkat SD dan SMP, hingga kakek dan nenek. Mereka secara tidak sengaja diajak melihat keberagaman dan keindahan sebagai sebuah kekayaan. Rombongan di bagi dua. Rombongan Anak2 dan rombongan orang tua. Guide menjelaskan secara garis besarnya mengenai riwayat Vihara Dhanagun, hingga kelenteng paling tua di Bogor yang berada di Pulo Geulis. Semua peserta tekun mendengarkannya. Anak-anak pun tidak ada yang rewel.

Saya jadi teringat kata-kata almarhum Jaduk Ferianto ketika bertemu dengannya di Festival Lima Gunung, di Magelang tahun 2017. Festival Lima Gunung adalah sebuah pergelaran seni (tari terutama, dan nanyian/tembang) yang digagas oleh seniman Sutanto Mendut. Festival ini selalu diadakan di pelosok desa di kaki gunung sekitar Magelang dan Jogja. Memerlukan effort khusus untuk mencapai lokasi pergelaran. Tapi akan terobati ketika sudah sampai.

Menampilkan ratusan seniman. Baik lokal maupun nasional. Selama hampir dua hari nonstop. Penontonnya sangat beragam. Acara ini bahkan sudah terkenal ke seluruh dunia. Sudah menjadi agenda rutin turis mancanegara jika berkunjung ke Jogja di awal bulan Juli.

“Sesungguhnya mas, panitia ini telah melakukan investasi kebudayaan yang sangat dahsyat melalui berkesenian. Anak-anak kecil di kampung ini sudah menikmati indahnya keberagaman dan kekayaan negeri ini dengan gembira melalui seni. Dengan begitu mereka terbiasa melihat perbedaan. Inilah suatu investasi yang tidak bisa dinilai dengan apapun. Investasi kebudayaan, ” ujar almarhum saat itu.

Jika sedari kecil mereka sudah terbiasa melihat keberagaman, maka setelah dewasa mereka akan menghargai orang yg berbeda pandangan dengan dia. Selama pertunjukan itu, almarhum nyerocos terus ke saya.

Ngajogjazz dan Pasar Keroncong adalah karya almarhum. Ngajogjazz diadakan selalu di pelosok desa di Jogja. Sementara Pasar Keroncong digelar di Pasar Gede, Kotagede.

Kalimat yang hampir sama saya dengarkan juga pada talkshow yang di gagas oleh Panita CGM sore harinya di hari yang sama, bersama Andi F Noya di acara Kick Andi. Tapi dalam bentuk yang lebih bermakna buat kita semua.

Setelah video Cap Go Meh tahun lalu di putar, salah satu nara sumber (Peace Gen.) berujar: “saya merinding melihat video barusan, begitu beragam dan indahnya pergelaran di Cap Go Meh. Keindahan itu adalah bahagian dari fitrah. Tuhan itu maha indah dan mencintai keindahan. Jadi jika kita mencintai keindahan acara di video tadi, maka itu sama artinya dengan kita mencintai Tuhan

Sedangkan Yenny Wahid di acara yang sama kurang lebih
mengatakan, bahwa Tuhan itu sendiri sangat mencintai keberagaman. Dia ciptakan kita berbangsa-bangsa, supaya kitabdapat mengambil pelajaran dari sana. Jadi jika kita mencintai keberagaman, berarti kita mencintai Tuhan

Ya, tidak ada yang kebetulan dalam perjalanan saya hari ini. Sungguh sangat bermakna sekali.

Bertemu sahabat lama saya yang mencintai keberagaman melalui aktivitasnya dengan membersihkan Vihara Dhanagun.

Mengiringi kelompok anak muda “Bogor Historical Walk” yang menggaungkan keberagaman sebagai sebuah kekayaan dan keindahan…

Serta pernyataan dari Yenny Wahid dan Peace Gen di atas.

Sama halnya dengan Festival Lima Gunung, Panitia Cap Go Meh Bogor, secara tidak langsung telah melakukan investasi kebudayaan dalam bentuk yang lebih luas lagi. Melalui keberagaman dan keindahaan sebagai sebuah kekayaan.

Yuuk…tanggal 8 Pebruari nanti, seperti yang disampaikan oleh Ketua Panitia Arifin Himawan, kita ajak bapak, ibu, kaka, adek, om, tante, uwak, kakek dan nenek untuk menyaksikan salah satu kekayaan yang kita miliki: Cap Go Meh, Ajang Budaya Pemersatu Bangsa

Ichay Taher
Bogor, 18 Januari 2020

The post CAP GO MEH Bogor 2020, Sebuah Investasi Kebudayaan appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>
http://www.capgomehbogor.com/cap-go-meh-bogor-2020-sebuah-investasi-kebudayaan/feed/ 0 1338
Saat Imlek Jadi Ajang Pemersatu Lewat Bogor Street Festival http://www.capgomehbogor.com/saat-imlek-jadi-ajang-pemersatu-lewat-bogor-street-festival/ http://www.capgomehbogor.com/saat-imlek-jadi-ajang-pemersatu-lewat-bogor-street-festival/#respond Sat, 25 Jan 2020 03:17:00 +0000 http://www.capgomehbogor.com/?p=1423 BOGOR – Imlek identik dengan hari raya warga keturunan Tionghoa. Di Bogor, Imlek memiliki makna menjaga keberagaman lewat gelaran Bogor Street Festival Cap Go Meh. Acara tersebut digelar setiap dua pekan setelah perayaan Imlek. Bogor Street Festival Cap Go Meg 2020 digelar pada Sabtu, 8 Februari dengan mengusung tagline ‘Ajang Budaya Pemersatu Bangsa’ dengan tema…

The post Saat Imlek Jadi Ajang Pemersatu Lewat Bogor Street Festival appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>

BOGOR – Imlek identik dengan hari raya warga keturunan Tionghoa. Di Bogor, Imlek memiliki makna menjaga keberagaman lewat gelaran Bogor Street Festival Cap Go Meh. Acara tersebut digelar setiap dua pekan setelah perayaan Imlek.

Bogor Street Festival Cap Go Meg 2020 digelar pada Sabtu, 8 Februari dengan mengusung tagline ‘Ajang Budaya Pemersatu Bangsa’ dengan tema ‘Looking Eastward’.

“Bukan hanya soal budaya, bukan juga tentang upacara. Tapi ini tentang nilai-nilai yang kita yakini dari masa ke masa, diturunkan dan kita jaga terus ke depan, bersama dalam keberagaman. Berbeda adalah keniscayaan, beragam adalah keharusan tapi kebersamaan harus diperjuangkan,” kata Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.

Bogor Street Festival merupakan satu dari tiga event jagoan Kota Bogor untuk menarik wisatawan. Selain Bogor Street Festival, dua event lainnya yakni Gelaran Seni dan Budaya dalam rangka Hari Jadi Bogor dan Festival Merah Putih sepanjang Agustus dalam memperingati Hari Kemerdekaan.

“Dari tahun ke tahun, antusiasmenya semakin kuat. Kami pemerintah daerah akan selalu mendukung,” kata dia.

Kata Bima, Bogor Street Festival 2020 akan terasa lebih spesial karena telah masuk 100 event pariwisata unggulan dalam Calendar of Event (CoE) Wonderful Indonesia dari Kementerian Pariwisata.

Sementara Ketua Pelaksana Bogor Street Festival 2020, Arifin Himawan mengungkapkan dengan tagline ‘Ajang Budaya Pemersatu Bangsa’ bertema ‘Looking Eastward’, ajang tahun ini masih mengusung soal keberagaman budaya.

“Tentu dengan konsep yang lebih kuat. Tata panggung dan pencahayaan yang semakin baik. Peserta akan semakin banyak, dari daerah lain dan negara lain juga akan hadir,” kata Arifin.

Sejarah yang Panjang

Perayaan Cap Go Meh telah dirayakan di Indonesia sejak awal abad ke-16, sejak komunitas Tionghoa Buitenzorg membangun Klenteng Hok Tek Bio di Bogor.

Kemudian pada tahun 1954, Presiden pertama Indoenesia Soekarno mengundang arak-arakan Tapekong dan Ceng Ge ke Istana Bogor untuk menghibur presiden dan tamu negara. Pada masa itulah Cap Go Meh mengalami kejayaan.

Tahun 2008, merupakan tahun bersejarah bagi event Cap Go Meh di Bogor. Untuk pertama kalinya gagasan street festival muncul dan event Cap Go Meh menjadi festival Kota Bogor.

Liong, Barong dan kesenian daerah mulai meramaikan Cap Go Meh yang mengusung pesta budaya dengan arak-arakan yang dimulai dari Balai Kota Bogor.

Dari tahun ke tahun, event Cap Go Meh mengalami perkembangan dan peningkatan baik dalam jumlah pengisi acara atau pun pengunjung yang hadir.

Bahkan, event ini sempat tercatat dalam rekor MURI. Yakni pada tahun 2007 sebagai event dengan jumlah liong dan barong terbanyak. Kemudian pada tahun 2010 mendapatkan rekor dari MURI sebagai liong terpanjang dengan 50 meter yang dimainkan oleh 15 orang.

Perayaan Cap Go Meh yang dijadikan sebagai festival Kota Bogor mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Pusat.

Di mana pada tahun 2012, untuk pertama kalinya festival ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat. Puncaknya pada 2015 lalu, kejutan datang saat Presiden Joko Widodo hadir dalam acara ini di Jalan Suryakencana.

Akulturasi kebudayaan yang ditampilkan pada festival Cap Go Meh dari tahun ke tahun semakin beragam. Jika pada tahun sebelumnya hanya menampilkan kebudayaan Tionghoa, kemudian dipadukan dengan kebudayaan Sunda.

Mulai tahun 2014, Cap Go Meh mengangkat kebudayaan Nusantara yang ditampilkan dalam pawai budaya. Kesuksesan dari tahun 2014 ini menjadikan Cap Go Meh menjadi agenda nasional.

Kemudian atraksi barongsai dan liong, dilengkapi dengan panggung hiburan yang diisi dengan wayang dan penampilan dari sanggar binaan dari Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (mdk/cob)

sumber : merdeka.com

The post Saat Imlek Jadi Ajang Pemersatu Lewat Bogor Street Festival appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>
http://www.capgomehbogor.com/saat-imlek-jadi-ajang-pemersatu-lewat-bogor-street-festival/feed/ 0 1423
Walikota Bogor Mengajak Meramaikan CGM BOGOR STREET FESTIVAL 2019 http://www.capgomehbogor.com/walikota-bogor-mengajak-meramaikan-cgm-bogor-street-festival-2019/ http://www.capgomehbogor.com/walikota-bogor-mengajak-meramaikan-cgm-bogor-street-festival-2019/#respond Fri, 08 Feb 2019 20:09:33 +0000 http://www.capgomehbogor.com/?p=1277 Bogor adalah kota pusaka kota budaya kami bangga atas semua yang diwariskan oleh para pendahulu kita Bogor street festival atau cap go meh adalah sesuatu yang diturunkan oleh pendahulu kita yang memiliki makna untuk memperkuat rasa kebersamaan dalam keberagaman Kita jaga kita kawal kita lestarikan terus apa yang diwariskan oleh para pendahulu kita Pemerintah kota…

The post Walikota Bogor Mengajak Meramaikan CGM BOGOR STREET FESTIVAL 2019 appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>

Bogor adalah kota pusaka kota budaya kami bangga atas semua yang diwariskan oleh para pendahulu kita

Bogor street festival atau cap go meh adalah sesuatu yang diturunkan oleh pendahulu kita yang memiliki makna untuk memperkuat rasa kebersamaan dalam keberagaman

Kita jaga kita kawal kita lestarikan terus apa yang diwariskan oleh para pendahulu kita

Pemerintah kota bogor kedepan, sekarang dan selamanya akan selalu memastikan bahwa tradisi ini terus berlanjut

Saya mengajak kepada seluruh warga bogor untuk datang, menghadiri, memeriahkan bogor street festival atau cap go meh pada tanggal 19 februari nanti

Kita kuatkan kebersaaman kita, kita lestarikan terus nilai nilai yang diwariskan oleh para pendahulu kita, bersama dalam keberagaman

Bogor street festival ajang budaya pemersatu bangsa

The post Walikota Bogor Mengajak Meramaikan CGM BOGOR STREET FESTIVAL 2019 appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>
http://www.capgomehbogor.com/walikota-bogor-mengajak-meramaikan-cgm-bogor-street-festival-2019/feed/ 0 1277
#CGMVLOG – Bogor Heritage Food Keliling Suryakencana Part 1 http://www.capgomehbogor.com/cgmvlog-bogor-heritage-food-keliling-suryakencana-part-1/ http://www.capgomehbogor.com/cgmvlog-bogor-heritage-food-keliling-suryakencana-part-1/#respond Thu, 07 Feb 2019 04:35:23 +0000 http://www.capgomehbogor.com/?p=1260 Kali ini tim CGM Bogor Street Festival jalan-jalan sepanjang surya kencana untuk mencoba kuliner legendaris yang ada disana. Pertama kami mencoba “Ayam Panggang Santan” milik Om Indra yang sudah jualan sejak 1978 dan sampai sekarang masih rame diserbu pelanggan. Beliau jualan sejak pagi hingga jam 12 siang biasanya sudah habis. Saking larisnya sampai setiap pelanggan…

The post #CGMVLOG – Bogor Heritage Food Keliling Suryakencana Part 1 appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>

Kali ini tim CGM Bogor Street Festival jalan-jalan sepanjang surya kencana untuk mencoba kuliner legendaris yang ada disana.

Pertama kami mencoba “Ayam Panggang Santan” milik Om Indra yang sudah jualan sejak 1978 dan sampai sekarang masih rame diserbu pelanggan. Beliau jualan sejak pagi hingga jam 12 siang biasanya sudah habis. Saking larisnya sampai setiap pelanggan bisa membungkus sampai 20 porsi setiap kali pesan.

Kedua kita ke Toge Goreng Pa Raisan yang sudah berjualan sejak 1980. Beliau tetap mempertahankan rasa tradisional dari tauco dan menggunakan daun patat yang menjaga ke-Khas-an rasa dari Toge Goreng ini.

Ketiga kita menyambangi Ketupat Sayur Pak Adka yang telah berjualan Sejak 1984 dan bertahan hingga sekarang. Ciri dari ketupat sayur ini memang kuah yg sedikit manis dan lebih encer tapi citarasanya tebal di mulut.

Semua kuliner legendaris ini bisa kita temukan di sepanjang jalan Suryakencana Bogor. Dan ini adalah cerita menarik yang bisa kita nikmati jika sedang berada di Kota Bogor. Nah #sahabatbudaya jangan lupa untuk menceritakan pengalamanmu tentang kekayaan kuliner di bogor. Akan banyak cerita menarik dari setiap santapannya.

BogorStreetFestival

CapGoMehBogor2019

Jangan Lupa Cek kami di
ig : http://instagram.com/cgmbogor_fest
twitter : http://twitter.com/cgmbogor_fest
fb : http://facebook.com/CGM.Bogor.Streetfest
http://www.capgomehbogor.com

The post #CGMVLOG – Bogor Heritage Food Keliling Suryakencana Part 1 appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>
http://www.capgomehbogor.com/cgmvlog-bogor-heritage-food-keliling-suryakencana-part-1/feed/ 0 1260
Pesta Rakyat CGM 2018 Kembali Digelar di Bogor http://www.capgomehbogor.com/pesta-rakyat-cgm-2018-kembali-digelar-di-bogor/ http://www.capgomehbogor.com/pesta-rakyat-cgm-2018-kembali-digelar-di-bogor/#respond Thu, 01 Feb 2018 16:51:35 +0000 http://www.capgomehbogor.com/?p=1149 Bogor – Keberagaman dan kekayaan budaya Nusantara kembali disuguhkan Kota Bogor melalui helaran Pesta Rakyat CGM 2018. Event tahunan yang berlangsung di sepanjang Jalan Suryakencana, Kota Bogor ini, akan digelar pada hari Jum’at, 2 Maret 2018 mendatang. Mengambil tema “Ajang Budaya Pemersatu Bangsa”, helaran besar ini akan menampilkan berbagai bentuk kesenian dan budaya yang unik…

The post Pesta Rakyat CGM 2018 Kembali Digelar di Bogor appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>
Bogor – Keberagaman dan kekayaan budaya Nusantara kembali disuguhkan Kota Bogor melalui helaran Pesta Rakyat CGM 2018. Event tahunan yang berlangsung di sepanjang Jalan Suryakencana, Kota Bogor ini, akan digelar pada hari Jum’at, 2 Maret 2018 mendatang.

Mengambil tema “Ajang Budaya Pemersatu Bangsa”, helaran besar ini akan menampilkan berbagai bentuk kesenian dan budaya yang unik juga atraktif dari Kota Bogor dan berbagai daerah di Indonesia. Tahun ini, bentuk kesenian dan budaya helaran dari Bogor akan dilengkapi dengan sajian seni helaran asal Jawa Barat diantaranya dari Purwakarta, Cianjur dan Ciamis. Sedangkan bentuk seni budaya Nusantara yang disiapkan dalam Pesta Rakyat CGM 2018 antara lain kesenian asal Kalimantan, Jawa Tengah, Madura, Sumatera Barat dan suguhan budaya Betawi.

Ketua Pelaksana Pesta Rakyat CGM 2018, Arifin Himawan mengungkapkan, seni helaran yang ditampilkan ini tak hanya menjadi daya tarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri, tetapi juga menggambarkan adanya persatuan nasional yang diperlihatkan dalam bentuk kekayaan budaya bangsa. “Semangat pluralisme yang ditanamkan bersama dengan masyarakat Bogor ini menjadi salah satu ciri dan identitas kita dalam menjaga kesatuan bangsa,” tegasnya.

Sebagai salah satu ajang kebanggaan Kota Bogor, Arifin juga sangat mengapresiasi dukungan dan antusias masyarakat yang setiap tahun menyaksikan seluruh rangkaian acara dan berbagai persembahan dalam Pesta Rakyat CGM. Puluhan ribu massa dari berbagai pelosok, memadati area sepanjang jalur Suryakencana.

“Helaran ini memang dipersembahkan untuk warga, untuk masyarakat, sebab itu kami menyebutnya sebagai Pesta Rakyat. Karena itu pula, tentu kita harus bersama-sama menjaga, menikmati helaran ini dengan tertib, mengedepankan kepentingan bersama dan kukuh memelihara toleransi yang selama ini menjadi identitas masyarakat kita,” papar Arifin. Itulah sebabnya, sebagai bentuk kemajemukan pesta rakyat, gelaran budaya ini secara khas selalu dibuka dengan do’a dari 6 pemuka agama yang secara berdampingan dan bergiliran memanjatkan do’a dan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa.
Ciri khas gelaran budaya itu tak hanya sampai disana. Cantiknya pesona Indonesia memang akan nampak jelas dari ragam, corak dan jenis hasil kreasi tiap pendukung acara. Koordinator Acara Pesta Rakyat CGM 2018, Jemmy Charter menuturkan, puluhan sanggar dan komunitas di Kota Bogor sudah mulai menyiapkan bentuk-bentuk kreasi yang akan ditampilkan. Hampir seribu orang pelaku seni dan budaya akan terlibat dalam event ini. “Semua pendukung acara, tengah mempersiapkan diri dan secara intens melakukan koordinasi dengan panitia. Tentu formatnya bisa saja berubah seiring proses kreatif, agar bisa menyajikan kreasi yang terbaik,” jelasnya.

Di helaran ini, Bogor diantaranya akan menyajikan garapan artistik seni helaran dari hasil kreasi bambu, juga atraksi menarik tradisi Sunda yang kini jarang dilihat masyarakat. Bahkan, kemasan kekayaan flora dan fauna di tatar Pakuan juga akan menjadi ciri tersendiri dalam bentuk sajian kreatif. Ikon-ikon Bogor yang dikemas dalam bentuk kostum atau ornamen seperti talas, kujang, raflesia hingga rusa turut memberi warna menarik di ajang ini.

Tak ketinggalan, beragam atraksi liong dan barongsai dengan warna-warna benderang dan permainan cahaya di malam hari, dipastikan akan unjuk kebolehan sebagai suguhan khas yang paling ditunggu masyarakat. Helaran Pesta Rakyat CGM 2018 juga akan semakin meriah dengan aksi dan penampilan parade drumband, barisan lampion dan gotong joli yang biasanya diikuti sejumlah vihara dari Bogor, Jakarta, Tangerang, Ungaran dan Rembang. Jangan juga dilewatkan, keindahan mobil hias, kreasi komunitas, serta panggung budaya di beberapa titik sepanjang jalur Suryakencana hingga Siliwangi, tak kalah menariknya untuk disaksikan dengan penampilan tari-tarian, hiburan rakyat, jajanan khas, musik, paduan suara, bahkan marawis. Karena itulah, Pesta Rakyat CGM dapat dikatakan sebagai persembahan nilai budaya dari Bogor untuk Indonesia.

The post Pesta Rakyat CGM 2018 Kembali Digelar di Bogor appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>
http://www.capgomehbogor.com/pesta-rakyat-cgm-2018-kembali-digelar-di-bogor/feed/ 0 1149
Gallery Foto Cap Go Meh 2017 http://www.capgomehbogor.com/gallery-foto-cap-go-meh-2017/ http://www.capgomehbogor.com/gallery-foto-cap-go-meh-2017/#respond Mon, 01 Jan 2018 17:27:14 +0000 http://www.capgomehbogor.com/?p=1152

The post Gallery Foto Cap Go Meh 2017 appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>

The post Gallery Foto Cap Go Meh 2017 appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>
http://www.capgomehbogor.com/gallery-foto-cap-go-meh-2017/feed/ 0 1152
Tingkatkan Nilai Ekonomi Dunia Usaha dan PAD Kota Bogor Lewat CGM Bogor Street Fest 2017 http://www.capgomehbogor.com/tingkatkan-nilai-ekonomi-dunia-usaha-dan-pad-kota-bogor-lewat-cgm-bogor-street-fest-2017/ http://www.capgomehbogor.com/tingkatkan-nilai-ekonomi-dunia-usaha-dan-pad-kota-bogor-lewat-cgm-bogor-street-fest-2017/#respond Thu, 26 Jan 2017 09:11:37 +0000 http://www.capgomehbogor.com/?p=86 Cap Go Meh (CGM) Bogor Street Fest 2017 mendatang diharapkan akan dapat meningkatkan nilai secara ekonomis. Tidak saja bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor yang akan mendapatkan keuntungan melalui meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun juga bagi dunia usaha dan para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM). Ketua panitia CGM Bogor Street Fest 2017 Arifin Himawan mengungkapkan…

The post Tingkatkan Nilai Ekonomi Dunia Usaha dan PAD Kota Bogor Lewat CGM Bogor Street Fest 2017 appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>
Cap Go Meh (CGM) Bogor Street Fest 2017 mendatang diharapkan akan dapat meningkatkan nilai secara ekonomis. Tidak saja bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor yang akan mendapatkan keuntungan melalui meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun juga bagi dunia usaha dan para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM).

Ketua panitia CGM Bogor Street Fest 2017 Arifin Himawan mengungkapkan hal tersebut saat digelarnya Gathering CGM – Bogor Street Fest 2017 di Hotel 101, Jalan Suryakancana, Senin (5/12/2016). Turut hadir Wali Kota Bogor Bima Arya dan Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Daud Nedo Darenoh.

“Apalagi untuk CGM tahun 2017 nanti akan jatuh pada hari Sabtu, saat weekend, maka diharapkan akan lebih banyak lagi yang akan datang menyaksikan acara budaya milik warga Bogor ini. Tidak saja turis lokal, tapi juga diharapkan akan banyak menyedot turis mancanegara,” harap Ahim sapaan akrab Arifin.

Tak hanya itu, lanjutnya, ajang budaya pemersatu bangsa yang menjadi tagline CGM dari tahun ke tahunnya itu akan kembali coba digaungkan hingga ke level mancanegara. Salah satunya, dikatakan Ahim, yaitu kembali akan diikuti partisipan dari negara Taiwan.

“Oleh karena itu, kenapa juga CGM Bogor Street Fest 2017 ini pun mengusung spirit Bogor untuk Indonesia. Karena memang kami ingin mengenalkan kepada masyarakat luas seni budaya yang ada di Bogor. Ya, karena seni budaya inilah pemersatu bangsa,” tegasnya. (Donni-eto)

Foto : Suryanto Gunawan

sumber:
http://kotabogor.go.id/…/tingkatkan-nilai-ekonomi-dunia-usa…

The post Tingkatkan Nilai Ekonomi Dunia Usaha dan PAD Kota Bogor Lewat CGM Bogor Street Fest 2017 appeared first on BOGOR STREET FESTIVAL CGM BOGOR.

]]>
http://www.capgomehbogor.com/tingkatkan-nilai-ekonomi-dunia-usaha-dan-pad-kota-bogor-lewat-cgm-bogor-street-fest-2017/feed/ 0 86